

Pencarian Terkait Artikel Ini:
Pembacaan doa itu dihadiri tetangga dan kerabat dekat. Mereka berdoa agar Choirul Huda diampuni segala dosanya dan diterima segala amal perbuatannya selama hidup di dunia. Choirul Huda dikenal warga Lamongan sebagai seorang yang berjiwa sosial. Setiap hendak bertanding, dia sering membagikan uang kepada anak – anak. Beberapa kali pembagian uang itu dilakukan di warung Riyanto, Jalan Laras Liris Lamongan. Lokasi warung kopi ini juga hanya berjarak puluhan meter dari toko kaos polos Lamongan. Posisinya, utaranya toko distro Lamongan, LA Aslie. Sebelumnya, pembacaan doa bersama juga digelar di rumah duka, Jalan Basuki Rachmat Lamongan, Rabu malam. Huda dan istrinya, Lidya Anggraeni memang tinggal di jalan tersebut. Dua kegiatan itu berlangsung khidmat. Para pendukung Persela, kerabat, tetangga, dan teman – temannya merasa sangat kehilangan Choirul Huda. Choirul Huda merintis karir di Persela sejak 1999. Saat berlaga di lapangan, dia awalnya didukung kelompok suporter Lamongan Fans Club (LFC), Alex Fans Club, dan sejumlah kelompok lain. Saat kelompok suporter bergabung dengan mendeklarasikan LA Mania, Choirul Huda masih juga setia mengawal gawang Persela. Choirul Huda total mengabdikan dirinya kepada Persela dengan dukungan dari kelompok suporter yang memiliki semangat BnB. Arti BnB itu Bergerak dan Bersatu. Kata – kata BnB ini sangat populer di kelompok suporter LA Mania. Ketika muncul Curva Boys, kelompok suporter Persela lainnya, Choirul Huda juga masih berseragam Persela. Bahkan, saat ajal menjemput, Choirul Huda berseragam nomor 1 Persela. Dia telah berjuang hingga titik darah penghabisan. Berani datang menerjang dan mengambil resiko berbenturan dengan pemain lainnya demi mengamankan gawangnya dari kebobolan. Karena dedikasi, pengabdiannya, dan totalitasnya, banyak pendukungnya meminta ada patung atau monumen Choirul Huda di kompleks Stadion Surajaya Lamongan. Penghargaan bagi Choirul Huda juga dilakukan dengan menggelar laga amal Tribute To Choirul Huda yang mempertandingkan Persela melawan timnas All Stars, 15 November lalu. Penghargaan terhadap Choirul Huda yang dikenal sebagai One Man, One Club, One Love, itu juga diberikan PSSI. Bukan hanya mengunjungi ke rumah duka saat Choirul Huda meninggal, juga menggelar laga timnas PSSI melawan Guyana. Laga pada Sabtu, 25 Nopember 2017 nanti yang didedikasikan bagi Choirul Huda itu juga diwarnai pelelangan jersey timnas bernomor 1 dengan tulisan Huda. Jersey timnas Huda itu bertanda tangan pemain – pemain timnas. Juga, ada tanda tangan legenda sepak bola Indonesia. Hingga Kamis, 23 Nopember 2017 malam, kaos lelang itu sudah ada penawar tertinggi sementara Rp 5 juta. Namun, bukan tidak mungkin lelang jersey timnas itu bakal ada penawar yang lebih tinggi lagi. Sebab, masa penawaran lelang jersey timnas bertuliskan Huda masih belum ditutup. Choirul Huda memang pernah memperkuat timnas PSSI. Dia kali pertama dipanggil pelatih timnas waktu itu, Jacksen F Tiago. Choirul Huda juga pernah mengikuti pelatihan timnas PSSI di Eropa. Semasa hidup, Choirul Huda merasakan sentuhan dari banyak pelatih. Selain Jakcsen, pelatih asing yang pernah menangani Choirul Huda adalah almarhum Miroslav Janu dan Stefan Hansson. Sedangkan pelatih lokalnya seabrek. Mulai Mustaqim, Riono Asnan, M Basri, Subangkit, Zulkarnaen Pasaribu, Widodo C Putra, Eduard Tjong, Iwan Setiawan, hingga terakhir Aji Santoso. Choirul Huda juga nyaris ditangani Indra Sjafri, mantan pelatih timnas PSSI U-19. Beberapa tahun lalu, Indra Sjafri didekati Persela. Namun, dia urung bergabung akhirnya. (*)



No comments:
Post a Comment